Skip to content

Penyebab dan bahaya tanah longsor

bahaya dan penyebab tanah longsor

Pada musim penghujan sekarang ini, seiring berita mengenai banjir di banyak daerah, berita mengenai longsor di daerah yang lain turur mengemuka. Berita mengenai longsor tidak sebanyak mengenai banjir, kecuali longsor yang disertai dengan korban jiwa yang banyak, dalam jumlah puluhan. Berita banjir mengemuka dan diviralkan juga melalui media massa dikarenakan banjir banyak terjadi di kota yang padat penduduknya seperti Jakarta, Semarang dan Bandung.

Data dari Badan Pusat Statistik di tahun 2021 menyebutkan bahwa jumlah desa yang terkena tanah longsor di Indonesia sebanyak 6,664 desa. Dan desa yang terkena banjir , lebih dari 2 kali lipat tanah longsor yaitu sebanyak 15,366 desa. Data dari BPS tahun 2021, dan tahun sebelumnya, menyatakan bahwa banjir dan tanah longsor mendominasi bencana yang terjadi di Indonesia.

Data tanah longsor pada tahun 2022 yang dikeluarga oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),menyebutkan telah terjadi 634 kejadian dan banjir terjadi sebanyak 1,520 kejadian.

Melalui data yang ada, pada kondisi cuaca ekstrim seperti curah hujan tinggi, maka potensi bencana tanah longsor tetap besar.

Tanah rawan longsor adalah tanah yang memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami longsor karena kondisi geologi, hidrologi, atau lingkungan yang tidak stabil. Kondisi tanah rawan longsor dapat disebabkan oleh lereng yang curam, tingkat erosi yang tinggi, aliran air yang kuat, atau pembangunan yang tidak terkendali. Tanah rawan longsor memerlukan pemantauan dan evaluasi secara berkala dan tindakan pencegahan yang tepat untuk memastikan bahwa risiko terjadinya longsor dapat dikurangi sebanyak mungkin. Contoh langkah pencegahan adalah stabilisasi tanah dan pembatasan pembangunan di area yang rawan longsor.

Daerah rawan longsor
Daerah dengan lereng yang curam menjadi lokasi rawan tanah longsor. Sumber gambar:Enviro-pedia.com

Ciri Daerah Rawan Longsor

Untuk menentukan apakah suatu daerah rawan longsor, penting untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kondisi tanah secara berkala dan bekerjasama dengan para ahli. Tindakan pencegahan yang diperlukan harus diambil secepat mungkin untuk memastikan bahwa risiko terjadinya longsor dapat dikurangi sebanyak mungkin.

Berikut adalah beberapa ciri daerah rawan longsor:

Lereng curam – Lereng yang curam dan stabil tanah yang lemah meningkatkan risiko terjadinya longsor.

Formasi geologi – Beberapa formasi geologi, seperti tanah berlapis atau perubahan arah tekanan pada tanah, dapat memperkuat kemungkinan terjadinya longsor.

Tingkat erosi – Tingkat erosi yang tinggi dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan meningkatkan risiko terjadinya longsor.

Kondisi hidrologi – Daerah dengan kondisi hidrologi yang tidak stabil, seperti aliran air yang kuat atau air tanah yang menumpuk, dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan meningkatkan risiko longsor.

Aktivitas geologi – Beberapa aktivitas geologi, seperti aktivitas vulkanik atau gempa bumi, dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan meningkatkan risiko terjadinya longsor.

Histori longsor – Daerah yang memiliki sejarah terjadinya longsor memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami longsor lagi di masa depan.

Pembangunan – Pembangunan yang tidak terkendali dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan meningkatkan risiko terjadinya longsor.

Banjir bandang di sempol Bondowoso
Perubahan fungsi hutan di daerah pegunungan terutama daerah lereng menjadi potensi terjadinya banjir dan tanah longsor. Sumber gambar:enviro-pedia.com

Penyebab Tanah Longsor

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya longsor, di antaranya:

Kelembaban tanah yang tinggi – Hujan yang berkepanjangan atau air tanah yang menumpuk dapat membuat tanah lembab dan mudah bergerak.

Pertambahan bobot tanah – Hal ini dapat terjadi ketika ada deposit baru tanah, es, atau batu, atau ketika beban pada tanah bertambah, misalnya akibat pembangunan.

Tanah lembut atau tidak stabil – Tanah yang tidak stabil seperti tanah liat atau tanah berlempung dapat membuat tanah lebih mudah bergerak dan cenderung terjadi longsor.

Gempa bumi – Gempa bumi dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan menyebabkan longsor.

Kondisi geologi – Beberapa formasi geologi, seperti lereng curam, tanah berlapis, dan perubahan arah tekanan pada tanah, dapat memperkuat kemungkinan terjadinya longsor.

Pertambahan populasi – Pertambahan populasi dan pembangunan yang tidak terkendali dapat mempengaruhi stabilitas tanah dan meningkatkan risiko longsor.

Mencegah Tanah Longsor

Penting untuk diingat bahwa mencegah terjadinya longsor memerlukan kerjasama dan keterlibatan pemerintah, masyarakat, dan para ahli. Terjadinya longsor dapat memiliki dampak serius pada keamanan dan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu, tindakan pencegahan yang tepat dan terkoordinasi sangat penting.

Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya tanah longsor:

Pemantauan dan evaluasi kondisi tanah – Melakukan pemantauan dan evaluasi kondisi tanah secara berkala dapat membantu mengidentifikasi area yang rawan terjadinya longsor dan memastikan bahwa tindakan pencegahan yang diperlukan diambil.

Stabilisasi tanah – Beberapa tindakan, seperti penambahan material stabilisasi tanah, dapat dilakukan untuk memperkuat stabilitas tanah dan mengurangi risiko longsor.

Pembatasan pembangunan – Pembatasan pembangunan di area yang rawan longsor dapat membantu mengurangi risiko kerusakan dan memastikan bahwa pembangunan tidak mempengaruhi stabilitas tanah.

Peningkatan drainase – Meningkatkan drainase dapat membantu mengurangi tekanan air pada tanah dan memperkuat stabilitas tanah.

Reforestasi – Reforestasi dapat membantu meningkatkan stabilitas tanah dan mengurangi risiko longsor dengan menambahkan vegetasi yang membantu menahan air dan memperkuat tanah.

Edukasi masyarakat – Edukasi masyarakat tentang risiko longsor dan tindakan pencegahan yang dapat diambil dapat membantu meningkatkan kesadaran dan memastikan bahwa tindakan yang diperlukan diambil sebelum terjadi longsor.

Edukasi masyarakat mengenai potensi longsor dan mencegah terjadinya longsor dengan menjaga kelestarian lingkungan menjadi kunci upaya mitigasi bencana tanah longsor. Sumber gambar:enviro-epdia.com

Peran Teknologi untuk Mengatasi Daerah Rawan Longsor

Teknologi yang dipilih untuk mengatasi daerah rawan longsor tergantung pada kondisi tanah, lingkungan, dan tujuan yang ingin dicapai. Penting untuk bekerja sama dengan para ahli dan melakukan evaluasi berkala untuk memastikan bahwa teknologi yang digunakan efektif dalam mengurangi risiko terjadinya longsor.

Ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi daerah rawan longsor, seperti:

Sistem drainase – Sistem drainase ini dapat membantu mengeluarkan air dan mengurangi tekanan pada tanah, memperkuat stabilitas lereng.

Teknologi pengamanan tanah – Teknologi pengamanan tanah seperti pemasangan geotekstil, penanaman tumbuhan, dan pemasangan retaining wall dapat memperkuat stabilitas tanah dan mengurangi risiko terjadinya longsor.

Teknologi monitoring – Teknologi monitoring seperti sensir gerakan tanah, satelit, dan teknologi radar dapat memantau perubahan kondisi tanah dan membantu mendeteksi potensi terjadinya longsor.

Rekayasa geoteknik – Rekayasa geoteknik seperti pemasangan dinding penahan dan pengamatan tanah dapat memperkuat stabilitas tanah dan meminimalisir risiko terjadinya longsor.

Pembangunan berkelanjutan – Pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan kondisi lingkungan dan tanah dapat meminimalisir risiko terjadinya longsor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!