Tulisan di bawah ini adalah arsip artikel saya yang pernah dimuat di harian cetak. Artikel ini dibuat dalam rangka peringatan Hari Bumi.
Sejak tahun 1970, kita mendapatkan kesempatan memperingati hari Bumi (earth day) pada tanggal 22 April. Peringatan hari Bumi tersebut sebagai wujud dari gerakan sosial yang melibatkan lebih dari 140 negara sebagai bentuk keprihatinan atas melonjaknya pertumbuhan penduduk dan penurunan derajat kesehatan dan kualitas lingkungan,
Hari Bumi memberikan kesempatan pada kita untuk melakukan evaluasi dan refleksi atas apa yang telah terjadi di Bumi dan melakukan tindakan nyata untuk menjadikan Bumi menjadi lebih baik ke depannya. Baca juga: Solusi atasi masalah ketahanan pangan.
Kondisi Bumi Yang Berubah
Akibat aktifitas manusia yang menghasilkan Gas Rumah Kaca (GRK), seperti sulfur heksafluorida (SF6), metana (CH4), karbondioksida (CO2), perfluoro-karbon (PFC), hidrofluorokarbon (HFC) dan dinitro oksida (N2O), Bumi semakin panas.
GRK di atas menyebabkan radiasi Matahari terperangkap di atmosfer dan tidak bisa dilepaskan ke luar angkasa. Akibatnya, temperatur rata – rata permukaan Bumi meningkat. Peningkatan temperatur permukaan Bumi ini disebut Pemanasan Global (Global Warming).
Dampak dari pemanasan global adalah:
- Peningkatan penguapan di udara
- Naiknya suhu air laut
- Perubahan pada tekanan udara dan pola hujan
- Dan secara perlahan mengubah iklim Bumi atau dikenal fenomena perubahan iklim
Perubahan Perilaku Nyamuk
Perubahan iklim berdampak pada penururan kualitas kesehatan manusia, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah kumuh dengan sistem sanitasi buruk. Penyakit menular melalui media seperti kolera dan diare menjadi ancaman setiap hari. Ancaman penyakit meningkat pada kondisi curah hujan tinggi.
Pada waktu lain, perubahan iklim meningkatkan kelembaban dan temperatur lebih tinggi dari biasanya. Manusia menjadi mudah lelah akibat kondisi panas. Saat yang sama, nyamuk mudah berkembang biak karena masa inkubasinya lebih pendek. Ukuran larva dan nyamuk dewasa berubah menjadi lebih kecil, dan frekuensi pelipatgandaan nyamuk meningkat.
Hasil penelitian Johns Hopkins School of Public Health pada tahun 1998 menyimpulkan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat ulah nyamuk Aedes Aegepti dan Aedes Albopictus menjadi ancaman paling serius dalam masa perubahan iklim sekarang ini. Ancaman akibat ulah nyamuk tersebut meningkat 4 kali lipat akibat virus serotype DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 dari nyamuk yang ke – empatnya menyerang dan tidak menyebabkan imunitas bagi penderita DB.
Pelajaran Bagi Kita
Pelajaran yang bisa kita ambil dari Hari Bumi ini adalah fakta bahwa perubahan Bumi berdampak pada perubahan organisme di dalamnya. Manusia juga harus berbenah diri untuk mengantisipasi dampak buruk yang diakibatkan oleh perubahan – perubahan tersebut. Baca juga: Upaya pencegahan pemanasan global.
Informasi lengkap atas akibat perubahan iklim perlu terus disebarluaskan pada lingkungan pendidikan dan masyarakat. Pemerintah juga perlu mengambil langkah – langkah taktis yang diperlukan.