Skip to content

Bumi Makin Dibanjiri Sampah, Yuk Lakukan Ini untuk Bantu Mengelola Sampah

Bumi dibanjiri sampah

Bersekolah di bidang lingkungan dan bekerja di bidang yang sama pula, membuat saya cukup sering bersinggungan dengan masalah sampah. Tempat Pembuangan Akhir/TPA di berbagai kota pun sudah pernah saya kunjungi.

Memang sudah ada beberapa TPA yang cukup terkelola dengan baik, tetapi mostly, masalah penyediaan lahan untuk sebuah TPA ini masih menjadi PR di banyak tempat. Jika sudah penuh, akan kemana kita membuang sisa aktivitas yang sudah tak terpakai?

Sejumlah tokoh sudah melakukan aksi mereka menggugah kesadaran masyarakat untuk peduli pada pengelolaan sampahnya masing-masing. Bukan lagi “membuang sampah pada tempatnya” yang digaungkan, karena itu saja tak cukup. Baca juga: Strategi pemantauan sungai berbasis komunitas.

Kepedulian masyarakat sudah harus menyentuh upaya bagaimana agar sampah bisa terkelola dengan baik. Terkelola dengan baik di sini, kalau yang saya tangkap maksudnya adalah: jika memungkinkan dicegah, ya dicegah. Jika sudah terlanjur menjadi sampah, ya diupayakan bisa dimanfaatkan ulang baik dengan cara reuse maupun recycle.

Sampah dibuang sembarangan di sungai
Sampah dibuang sembarangan di pinggir sungai

Aksi Sederhana Mengelola Sampah

Dalam hirarki pengelolaan sampah, reduce atau mencegah terjadinya sampah, mencegah sebuah materi menjadi sampah ada dalam kasta tertinggi. Setidaknya, begitulah yang banyak dikatakan dosen-dosen saya di Jurusan Teknik Lingkungan ITS.

Bijak dalam membeli barang

Menyikapi ini, sudah lama saya melakukan upaya bijak dalam memutuskan membeli atau tidak. Teman-teman yang tahu keseharian saya pasti sudah hafal betul. Saya hanya punya pakaian yg jumlahnya tak banyak. Kerudung, sepatu juga demikian. Coba cek IG feed saya di @widyanti_yuliandari, teman-teman akan mendapati blus putih atau kemeja soft denim yang dipakai lagi … lagi… dan lagi. Demikian juga dengan jaket dan celana jeans. Bahkan T-Shirt saya, yang kata beberapa orang cukup keren, itu adalah hadiah beberapa lomba yang saya menangi. Dan itu tetap saya pakai dan sayangi bak pakaian yang dibeli di butik mahal.

Kemeja yang muncul entah berapa kali di feed IG saya. Dipakai ngafe, ngemall, kuliah, jalan ke Malaysia memenuhi sebuah undangan juga pakai ini. Wkwkwk

Prelove, Sumbangkan, atau Sewa

Salah satu yang kadang bikin dilema adalah jika kita membutuhkan barang-barang yang sebenarnya hanya akan dipakai sebentar. Tapi mau tidak mau benda tersebut harus ada. Jika memiliki bayi, misalnya. Ada sejumlah perlengkapan bayi yang cukup mahal, sangat dibutuhkan, tetapi kita hanya akan menggunakannya dalam waktu singkat sebagai contoh beberapa perlengkapan bayi seperti stroller, box bayi dsb.

Nah, hal seperti ini bisa diatasi dengan cara menyewa. Sekarang usaha atau jasa penyewaan peralatan bayi relatif mudah ditemukan kok. Cara lain adalah dengan meminjam milik saudara atau teman. Biasanya hal seperti ini lazim dilakukan. Jika Anda tetap ingin membeli sendiri, mungkin agar type yang dibeli bisa benar-benar pas dengan kebutuhan dan selera, Anda bisa menjualnya kembali jika sudah tidak diperlukan.

Pilah dan Olah

Memilah sampah memang PR banget ya. Iya, saya juga masih sedang belajar. Di rumah kami punya sudut yang khusus digunakan menyimpan barang bekas yang bisa didaur ulang seperti kardus bekas snackbox atau lunchbox, plastik bekas makanan dan sebagainya. Kelak jika terkumpul banyak, benda-benda tersebut akan kami berikan kepada pemulung langganan kami.

Kenapa tak ke bank sampah saja, Mbak? Mungkin ada yang bertanya demikian. Sejak zaman sebelum ngetrend adanya bank sampah, upaya ini sudah kami lakukan. Bagi kami, dengan cara ini sampah-sampah kami memiliki kontribusi sosial. Maka setelah kemunculan bank sampah di lingkungan kami, kami tetap menggunakan cara lama. Senang rasanya melihat pemulung langganan berbinar mendapatkan barang “berharga”.

Nah, jika Anda termasuk yang telaten melakukan pengomposan, Anda bisa lo mencoba membuat kompos sendiri di rumah dengan menggunakan bahan baku sampah dapur atau sampah kebun.

Pakai Ulang dan Daur Ulang

Ada banyak benda yang bisa dipakai ulang. Tapi hati-hati juga, ya. Kenali jenis bahan dan aman digunakan ulang untuk apa. Karena, biasanya kemasan plastik (misalnya botol plastik bekas minuman) tak aman untuk digunakan kembali untuk makanan-minuman.

Wadah-wadah plastik bisa kita gunakan ulang untuk pot tanaman, atau bahan membuat prakarya. Jika memiliki waktu dan kemampuan, bisa juga didaur ulang menjadi aneka produk yang bisa digunakan bahkan dijual dengan harga fantastis.

Air bekas mencuci juga masih bisa kita pakai ulang, lo. Air yang masih agak bersih bisa untuk siram-siran halaman yang berdebu. Bisa juga digunakan merendam lap-lap yang kotor.

Hindari Produk Sekali Pakai

Saya pribadi bukan yang anti terhadap penggunaan plastik, tisu dan semacamnya. Hanya saja, sifat “sekali pakai” nya yang dihindari. Maka, bagi kami, membawa bekal makanan dan minuman, sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. Selain hemat dan higinis, membawa makanan sendiri membuat kami tak terlalu banyak menyumbang sampah plastik atau kertas ke bumi ini. Baca juga: Biokonversi sampah organik menggunakan larva lalat tentara hitam.

Kebiasaan membawa sapu tangan juga terus kami latih. Kadang memang terasa rempong, tapi kami terus mencoba. Membawa tas belanjaan sendiri uga sempat kami biasakan, namun saat ini karena saya enggak belanja sendiri, seringnya masih pakai plastik. Cuma ya selalu saya upayakan dipakai ulang.

Nah, itu cuma beberapa cara sederhana. Saya yakin teman-teman juga punya cara lain yang mungkin juga mudah dilakukan dan efektif. Yuk share!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!