Berita mengenai sampah sudah tersebar di banyak media massa. Tanpa harus membaca melalui media massa, kita sudah merasakan dampak dari sampah jika tidak dikelola dengan baik, mulai pembuangan dari rumah tangga hingga penumpukan dan pengelolaan di tempat pembuangan akhir. Salah satu jenis sampah yang hingga kini dan beberapa dekade ke depan menjadi masalah adalah sampah plastik.
Berita sebulan lalu mengenai ekspedisi ke palung terdalam planet Bumi telah membuka maka kita lebih dalam mengenai ancaman sampah yaitu ditemukannya keberadaan sampah plastik di dasar palung itu.
Tulisan blog ini mencoba merangkum berbagai berita mengenai permasalah sampah mulai dari ekspedisi di dasar samudera hingga sampah yang mengorbit bumi yaitu sampah antariksa.
Tulisan ini dibagi dua bagian yang akan memberikan kesimpulan bahwa di seluruh muka bumi hingga ke antariksa ini tidak terbebas dari sampah.
Kondisi ini jelas memprihatinkan yang harus dicari penyelesaiannya bersama. Kondisi ini menyimpan semacam ancaman yang mempertanyakan ulang keberlangsungan kehidupan di bumi.
Ekspedisi ke Palung Terdalam Di Bumi
Seorang pensiunan angkatan laut, Victor Vescovo, melakukan penjelajahan ke palung terdalam di bumi yaitu di Palung Mariana, Samudera Pasifik. Penjelajah laut yang juga investor dari Texas ini berhasil memecahkan rekor kedalaman 16 meter dibandingkan rekor sebelumnya di tahun 1960. Vicor berhasil mencapai kedalaman 10,928 m.
Penemuan menarik yang dilaporkannya adalah adanya sampah plastik di dasar palung Mariana tersebut.
Selama empat jam menjelajah di dasar palung, Victor menemukan,selain sampah plastik, yaitu binatang mirip ‘babi laut ‘, binatang mirip udang sejumlah empat spesies baru yang dinamakan amphipod dan benda yang terbuat dari logam juga plastik.
Tujuan dari ekspedisi yang dilakukannya adalah mengumpulkan berbagai sampel biologi dan batuan di dasar laut terdalam. Fakta dengan adanya penemuan sampah di dasar laut sungguh memprihatinkan, meskipun dalam jumlah sedikit.
Penemuan sampah tersebut, menurut Victor harusnya menjadi peringatan lebih bagi masyarakat untuk tidak membuang sampah ke laut dan bisa menekan pemerintah setempat untuk membuat peraturan yang melindungi laut. Baca juga: Dampak pemanasan global bagi sektor kelautan.
Deep – Sea Debris Database
Ekspedisi yang dilakukan oleh Victor Vescovo di atas membuktikan secara sahih bahwa pencemaran sampah, termasuk sampah plastik, terjadi pada lautan di bumi, seberapapun dalamnya.
Informasi mengenai sebaran sampah di lautan terdapat di Deep-Sea Debris Database ( http://www.godac.jamstec.go.jp/catalog/dsdebris/e/ ), basis data puing – puing laut dalam. Basis data ini dikumpulkan dari 5,010 penyelam seluruh dunia dalam waktu 30 tahun terakhir ini. Basis data sampah laut ini sudah dibuka untuk publik.
Dari basis data di atas, jumlah terbesar adalah sampah plastik, setelahnya kain, kayu, logam, karet dan lainnya yang belum diklasifikasikan. Hampir 89 persen dari sampah plastik yang ditemukan berupa plastik yang sekali pakai, yang langsung dibuang, seperti botol plastik, dan sedotan plastik. Baca juga: Keberadaan sampah di antariksa.
Apa Dampak Sampah Di Lautan ?
Studi terbaru menggunakan informasi dari Deep-Sea Debris Database menunjukkan sebanyak 17 persen sampah yang terbuang ke dalam lautan berinteraksi dengan makhluk hidup, mulai dari tersangkut sampah hingga menelan sampah. Prosentase ini akan kian meningkat seiring bertambahnya sampah di lautan.
Pendek kata, keberadaan sampah di lautan jelas mengganggu bahkan bisa memusnahkan kehidupan. Efek lebih luas adalah kaitan dengan ekosistem dan kehidupan manusia itu sendiri. (Tulisan dari berbagai sumber : BBC, Kompas.com, detik.com)