Tulisan ini pernah dimuat di media cetak. Tulisan ini mengingatkan kita bahwa bencana alam bisa terjadi kapan saja di Indonesia, terutama gempa bumi termasuk 5 kali dari Bengkulu, pacitan,Mamasa hingga Ambon pada 24 September 2020, karena potensi bencana alam-nya yang besar. Dengan memiliki peta kerawanan gempa, bisa dilakukan berbagai tindakan pencegahan menghadapi dampak buruk gempa bumi yang lebih dahsyat.
“ Natural disasters are the interactionberween natural hazards and vulnerable condition …” Awotona
Indonesia adalah negara dengan potensi bencana (hazard potency) yang tinggi yang dibagi dalam kelompok potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama berasal dari lokasi Indonesia yang merupakan kawasan pertemuan 3 lempeng tektonik dengan gunung berapi aktif terbanyak, dataran tinggi yang rawan longsor, dan kawasan pantai yang rawan tsunami. Potensi bahaya ikut terjadi mengikuti bahaya utama seperti longsor dan tsunami.
Potensi bahaya ikutan akan memakan jumlah korban yang besar terlihat dari banyaknya bangunan di Indonesia yang memiliki konstruksi rapuh dan kawasan padat dengan bangunan yang padat pula.
Akibat Gempa Bumi
Gempa bumi mengakibatkan :
1.) Ground shaking atau gerakan tanah
2.) Liquefaction yaitu kehilangan kekuatanpada pasir yang jenuh air sehingga terjadi penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi.
3.) Terjadi pergerakan patahan secara vertikal maupun horizontal.
4.) Tanah longsor pada daerah lereng .
Akibat gempa bumi di atas sangat luas. Jika kita memiliki tata ruang yang tidak tepat, konstruksi bangunan yang rapuh, dan jalur transportasi yang serampangan, bisa dipastikan bahwa gempa bumi menimbulkan dampak yang parah. Baca juga: Membangun pendidikan kepekaan lingkungan.
Peta Kerentanan Gempa
Lingkungan yang rentan atau rapuh-lah yang akan menerima akibat gempa bumi paling parah. Kerentanan ini ditinjau dari sudut infrastruktur, ekonomi dan sosial kependudukan.
Beberapa faktor untuk menghitung kerentanan gempa seperti jaringan listrik; persentase bangunan konstruksi darurat; kepadatan bangunan; persentase kawasan terbangun; jaringan PDAM ;jalan KA dan jaringan telekomunikasi.
Kerentanan sosial menghitung tingkat kerentanan berdasarkan faktor laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, tekanan ekonomi , tingkat pengangguran, persentase penduduk usia tua-balita, dan penduduk wanita.
Siklus Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk bencana alam yang bisa mengakibatkan kematian manusia, kerusakan ekonomi dan lingkungan.
Rangkaian kegiatan mitigasi bencana sebagai berikut :
1) Kegiatan pra bencana meliputi kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, dan peringatan dini;
2). Kegiatan ketika terjadi bencana meliputi kegiatan tanggap darurat dengan tujuan meringankan penderitaan korban bencana, seperti bantuan darurat, kegiatan search and rescue (SAR), dan pengungsian;
3.) Kegiatan pasca bencana meliputi kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Siklus mitigasi bencana mempertimbangkan kesinambungan untuk mengantisipasi bencana di masa depan, sebagai contoh membangun kembali bangunan roboh harus mempertimbangan kekuatan gempa di masa depan, sehingga bangunan yang dibuat tahan terhadap gempa. Begitupun dengan mitigasi bencana pada aspek yang lain, seperti tata ruang kota dan sarana tranportasi publik. Baca juga: Upaya pencegahan pemanasan global.
Peta kerentanan bencana gempa dibuat bukan bersifat responsif terhadap bencana yang terjadi, namun bersifat antisipatif. Dengan cara ini, kita yang hidup di wilayah yang memiliki potensi gempa yang tinggi, tidak akan kuatir lagi terhadap gempa.